Harga emas bertahan di level rendah setelah dolar AS mencatat kenaikan harian tertajam sejak Mei, menyusul tercapainya kesepakatan tarif antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Investor kini mengalihkan perhatian pada kemungkinan perpanjangan gencatan dagang antara Washington dan Beijing.
Emas diperdagangkan mendekati $3.312 per ons, setelah terkoreksi 0,7% pada hari Senin. Penguatan dolar — yang mendorong mata uang tersebut mencatat potensi kenaikan bulanan pertama tahun ini — serta pelemahan euro memberikan tekanan tambahan pada harga emas. Dolar yang lebih kuat membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Investor turut memantau perkembangan perundingan AS-Tiongkok yang digelar di Stockholm. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa perpanjangan 90 hari gencatan dagang merupakan “hasil yang paling mungkin”. Menjelang tenggat tarif pada 1 Agustus yang ditetapkan Presiden Donald Trump, sejumlah mitra dagang seperti Korea Selatan dan Brasil juga tengah berupaya mengamankan kesepakatan bilateral.
Sejauh tahun ini, harga emas telah meningkat lebih dari 25%, ditopang oleh ketidakpastian terhadap kebijakan perdagangan AS, serta konflik geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, harga emas cenderung bergerak dalam kisaran sempit setelah mencetak rekor tertinggi di atas $3.500 per ons pada bulan April.
Harga spot emas tercatat turun 0,1% menjadi $3.312,07 per ons pada pukul 08.00 pagi waktu Singapura. Sementara itu, indeks Dolar Bloomberg stabil setelah menguat 0,8% di sesi sebelumnya.
Untuk logam mulia lainnya, harga perak stagnan, sedangkan platinum dan paladium mencatatkan kenaikan. Di sisi lain, pelaku pasar juga akan mencermati sejumlah rilis data ekonomi penting pekan ini, mulai dari lapangan kerja, inflasi, hingga aktivitas ekonomi. The Fed diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga dalam waktu dekat.
Sumber: Bloomberg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar