Senin, 17 Oktober 2016

Inilah saham-saham pemberi gain jumbo




PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 17/10/16 - Pasar saham Indonesia berada di atas angin. Bila dihitung sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu (14/10), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks saham pencetak pertumbuhan tertinggi di Asia Tenggara.
IHSG naik 17,57% sejak akhir 2015. Bahkan, ada saham-saham yang mencetak kenaikan tiga digit hingga empat digit.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, melihat, kenaikan harga sebagian saham tidak cocok dengan fundamentalnya. Misal, saham PT Indofarma Tbk (INAF) yang mencetak kenaikan harga tertinggi tahun ini. Emiten farmasi pelat merah ini masih mencatat rugi bersih Rp 27,86 miliar di semester satu.
Begitu pula dengan PT PP Properti Tbk (PPRO). Meski fundamentalnya cukup bagus, tapi harga saham PPRO naik terlalu tinggi. Kini price earning ratio (PER) PPRO sudah 62 kali.
Hans menyebut, saham ini naik tinggi lebih karena sentimen anak usaha BUMN sehingga pasar punya ekspektasi berlebih. Saham lain yang harganya naik terlalu tinggi adalah PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL).
"PER NIKL sudah 75 kali, jadi harganya sudah lumayan mahal," kata Hans, Jumat (14/10).
William Surya Wijaya, analis Asjaya Indosurya Securities, melihat, saham-saham yang kenaikan tinggi ini tergolong saham dengan transaksi minim. Ia mengingatkan investor berhati-hati, karena risiko masuk ke saham seperti ini tinggi.
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, melihat, kenaikan harga saham-saham tersebut lebih karena didorong pemberitaan mengenai rencana perusahaan dan mekanisme pasar.
"Misalnya, karena melihat berita PPRO akan membangun apartemen, orang pun berasumsi perusahaan cukup ekspansif," papar Reza.
Reza menyarankan, investor sebaiknya memiliki preferensi. Kalau memang dari semula berniat menjadi trader, tanpa perlu melihat kinerja laporan keuangan, pasti akan mencari saham yang pergerakannya tinggi. Misalnya saham INDY yang kenaikannya mencapai 440,93%, walau secara finansial masih negatif.
Tapi bila memilih jadi investor, maka harus memperhatikan kinerja keuangan saham incaran sebelum memutuskan membeli suatu saham. Dari 10 emiten yang mencetak kenaikan tertinggi, Hans hanya merekomendasikan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). PER BRPT masih berada di level 6 kali-7 kali.
Harga saham DOID yang dipatok Rp 480 juga tidak terlalu tinggi. Hans menambahkan, saat harga saham naik tinggi, sebaiknya investor segera jual. Hans menyarankan agar investor lebih memilih saham-saham blue chip daripada membeli saham yang harganya naik tinggi.
Selain karena risiko likuiditas lebih kecil, fluktuasi saham blue chip tidak terlalu tinggi. William juga lebih menyarankan investor memilih saham-saham lain. "Beli saham yang punya likuiditas cukup, beli yang sahamnya senantiasa bergerak, walau keuntungannya tidak sebesar ini. Jangan saham tidur lalu bergerak," terang William.
Menurut William, kenaikan yang tinggi ini lebih sedap dipandang mata ketimbang dimiliki.
PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar